Muhammad Farid, Inovasi Pendidikan dengan Pembayaran Sayur
Di tengah berbagai tantangan dunia pendidikan, muncul sosok inspiratif bernama Muhammad Farid. Farid telah menunjukkan bahwa semangat membantu bisa diwujudkan dengan cara yang unik dan penuh dedikasi. Dengan ide inovatifnya, ia berhasil mendirikan sekolah yang menerima pembayaran dalam bentuk sayur-mayur.
Inovasi Pendidikan dengan Pembayaran Sayur
Muhammad Farid, seorang pendidik dan aktivis sosial, memulai perjalanan inspirasinya dengan mendirikan sekolah yang dikenal sebagai "Sekolah Sayur". Ide brilian ini lahir dari keinginannya untuk membuat pendidikan lebih terjangkau bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Farid menyadari banyak orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya namun terhambat oleh biaya pendidikan yang tinggi.
Pada tahun 2005, Farid mendirikan SD dan SMP Alam di bawah Yayasan Banyuwangi Islamic School. Pada saat itu sudah terdapat 70 siswa yang siap belajar. Sekolah ini unik karena tidak memerlukan uang untuk biaya pendidikan. Sebagai gantinya, orang tua cukup menyumbangkan sayur setiap minggu. Bahkan, jika sayur tidak tersedia, mereka bisa sekolah secara gratis.
Sekolah Alam yang didirikan oleh Muhammad Farid ini memiliki konsep yang sangat berbeda dari biasanya, tanpa ruang kelas dan bangku. Muhammad Farid membangun sebuah aula utama, sebuah langgar atau mushola kecil, dan satu aula tambahan untuk sanggar. Selain itu juga ada bangunan saung-saung yang terbuat dari kayu.
Meskipun sekolah ini biayanya sangat terjangkau bahkan gratis tetapi pihak sekolah memastikan agar siswanya mendapatkan pendidikan yang terbaik. Konsep sekolah ini mirip dengan pesantren, namun mengintegrasikan kurikulum modern. Jadi, selain materi umum, siswa di sekolah ini juga mempelajari Al-Qur'an, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Jepang, dan Bahasa Mandarin.
Agar menghasilkan lulusan yang berkualitas sekolah BIS menggunakan tenaga pengajar berkualitas dan menggunakan metode pembelajaran beragam seperti mind-mapping dan permainan serta menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya. Selanjutnya siswa dan siswi di sekolah ini juga wajib mengikuti tiga camp: English Camp, Tahfidz Camp, dan Kitab Kuning Camp. Selain itu, agar lebih memperdalam kemampuan siswa, para siswa diharapkan untuk berbagi ilmu dengan komunitas sekitar saat libur sekolah.
Kegiatan belajar di sekolah ini berlangsung sepanjang hari, dimulai dari bangun tidur hingga waktu tidur kembali. Kegiatan dimulai pukul 02.00 WIB dengan sholat tahajud berjemaah, diikuti sholat subuh dan doa bersama hingga pukul 05.00 WIB. Setelah itu, siswa membersihkan lingkungan sekolah, mencuci diri, dan sarapan pagi.
Antara pukul 07.00 hingga 08.00 WIB, siswa melakukan sholat dhuha berjemaah sebelum memulai sesi belajar mengajar yang berlangsung dari pukul 08.00 hingga 11.30 WIB.
Muhammad Farid, di sekolah alamnya, menekankan pada pendidikan karakter dan ilmu agama. Oleh karena itu, sekolah ini menerapkan sistem full day school dan boarding school. Dengan adanya boarding school, penerapan pendidikan karakter dan pemahaman agama menjadi lebih efektif.
Kisah Muhammad Farid dan Sekolah Sayur adalah contoh nyata bagaimana kreativitas dan dedikasi dapat mengatasi berbagai tantangan dalam pendidikan. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal dan mendekatkan pendidikan kepada masyarakat, Farid telah menciptakan model pendidikan yang efektif dan berkelanjutan. Ini adalah pelajaran berharga bahwa pendidikan berkualitas tidak harus mahal dan bisa diakses oleh semua kalangan dengan semangat dan ide yang cerdas.
Penutup
Berkat dedikasinya dalam dunia pendidikan Farid memenangkan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2010 dalam kategori pendidikan. Melalui dedikasinya tersebut Farid menunjukkan bahwa dengan semangat dan inovasi, pendidikan berkualitas tidak harus mahal dan dapat diakses oleh semua kalangan.
Komentar
Posting Komentar